Sang Pembelajar

Senantiasa berusaha belajar menjadi yang terbaik agar bisa berdaya guna bagi masyarakat sekitarnya

Rabu, 24 Agustus 2011

KEHENINGAN

Dalam keheningan ku coba untuk menapaki diri
Merenungi kembali sisa-sisa waktu dalam perjalanan
Mencoba mengurai kembali lintasan memori yang pernah ada dan terjadi
Memahami setiap peristiwa sebagai bagian pelajaran kehidupan

Dalam keheningan ku coba untuk bicara pada diri
Tentang apa yang sudah ku perbuat untuk hidup ini
Tentang apa yang belum ku perbuat untuk hidup ini
Tentang segala keburukan yang pernah aku lakukan
Tentang diri ini sendiri

Dalam Keheningan ku coba menata hati
Yang selalu bertarung  dalam mengarungi hidup ini
Untuk melakukan sesuatu hal besar dalam kehidupan
Menata keikhlasan
Menata kejujuran
Menata keberanian
Menata rasa tanggung jawab diri ini
Semua terasa dan dirasakan dalam diri

Dalam keheningan ku mencoba untuk jujur pada diri ini
Untuk apa aku hidup
Untuk apa aku beramal
Untuk apa aku beribadah
Untuk apa aku ada
Semua mejadi satu pertanyaan besar yang menggelayuti alam pikiran ini

Dalam keheningan baru kurasakan betapa dekatnya Dia
Betapa aku sangat jauh meninggalkan-Nya
Betapa aku belum bisa merasakan kehadiran-Nya
Semua terasa tiada arti
Betapa kecilnya aku di hadapan-Nya

Dalam keheningan luruhlah seluruh kesombongan yang ada pada diri ini
Betapa tiada berdayanya aku tanpa bantuan-Nya
Semua ini ada dan terjadi karena kasih sayang-Nya kepadaku

Dalam keheningan hanya tetesan air mata yang menjawab itu semua
Betapa banyak kebaikan yang aku dapatkan
Betapa banyak nikmat yang aku peroleh
Tetapi belum bisa membuat diriku menjadi semakin lebih baik
Dan berbuat yang terbaik

Dalam Keheningan, aku hanya bisa diam termangu
Tak bisa mengucapkan sepatah kata pun
Betapa terkuncinya mulut ini
Betapa malunya diri ini untuk meminta kepada-Nya
Terlalu banyak hal yang belum bisa aku berikan untuk-Nya

Dalam keheningan hanya selaksa tekad yang menghunjam dalam diri
untuk berupaya menjadi hamba yang terbaik di mata-Nya
tanpa memperdulikan siapapun
karena aku ada karena Dia
karena aku tercipta karena ada misi yang harus aku tunaikan
Semua tersadarkan dalam lorong keheningan malam di penghujung romadhon

(Keheningan malam i'tikaf di penghujung romadhon)
esa

Selasa, 23 Agustus 2011

IKHLAS

Ikhlas sesuatu yang mudah diucapkan akan tetapi lumayan sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk amal nyata.Ikhlas adalah kerja hati. Sedangkan hati merupakan kumpulan dari emosi yang terjadi pada sekiling kita. Belajar menjadi ikhlas adalah belajar untuk menata kumpulan emosi yang ada pada diri. Kadang kita bisa enjoy bisa jadi saat itu kumpulan emosi yang ada merupakan hal yang positif. Sebaliknya jika kita melakukan sesuatu dengan berat bisa jadi saat itu kumpulan emosi yang ada merupakan hal yang negatif. Bicara hati adalah bicara interaksi kita dengan sesama manusia. Hasil interaksi inilah yang melahirkan kumpulan emosi yang ada dalam hati ini. Sedang di sisi lain hati juga merupakan pangkalan dari segala amal yang ada yang merupakan buah dari pemahaman kita terhadap suatu hal yang mendorong seluruh potensi diri untuk bergerak atau melakukan sesuatu menurut akal pikiran kita. Untuk itu melatih dan mengasah kepekaan hati sangat berguna untuk menjaga keikhlasan dalam beramal.
Hari - hari ini adalah hari yang paling baik untuk menggunakan kesempatan bertafakkur untuk merenungi keikhlasan kita dalam mengarungi bahtera kehidupan kita selama ini. Untuk itu luangkan waktu sejenak untuk senantiasa melakukan kontemplasi diri khususnya di tengah keheningan malam dimana saat itu diri ini merasa kecil di hadapan-Nya. Bertanyalah pada diri sendiri tentang keikhlasan. Bertanyalah pada diri maka sebenarnya kita sedang berproses menuju keikhlasan yang hakiki.
esa

PENGHUJUNG ROMADHON

Tak terasa sudah mendekati hari-hari akhir bulan romadhon. Ternyata begitu cepat waktu berjalan sampai tak menyadari bahwa sudah mendekati akhir romadhon.
Ada kesedihan yang begitu mendalam ketika mengevaluasi hari-hari bersama romadhon. Belum begitu banyak waktu yang bisa di optimalkan untuk beramal kebaikan di bulan suci romadhon. Entah karena kesibukan atau karena kemalasan yang terjadi pada diri ini, ada penyesalan yang menghunjam di relung kalbu, ketika mencoba merenungi perjalanan romadhon di keheningan malam di hari - hari akhir romadhon.
Begitu banyak kesempatan yang Allah berikan akan tetapi apakah benar-benar telah di gunakan untuk Allah ataukah untuk kepentingan pribadi. Semua bawa bercampur menjadi satu. Apakah romadhon tahun ini bisa membawa kebaikan atau perubahan yang lebih baik pada diri ini ataukah sebaliknya.
Tak terasa sudah 28 tahun lebih melewati romadhon dengan segala pernak-perniknya, namun secara pribadi belum merasakan kepuasan batin yang bisa berdampak positif pada diri maupun kehidupan ini. Semua kembali kepada niat dan pemahaman diri ini terhadap makna romadhon. Memang ibadah kepada Allah itu, jika digali maknanya maka takkan pernah habis mutiara hikmah dari ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya. Tinggal kembali kepada diri ini apakah mau menggali atau hanya melihat di permukaan saja.
Aku hanya bisa berharap kepada Dzat Yang Maha Agung, Yang Menguasai seluruh alam raya agar seluruh amal yang ku lakukan diterima oleh-Nya walau aku merasa tak layak karena memang aku belum memberikan yang terbaik untuk-Nya.
Kadang diri ini malu untuk meminta kepada-Nya karena terlalu banyak dosa dan kemaksiatan yang diri ini lakukan selama ini.
Namun di penghujung romadhon ini tak terasa kesedihan terasa begitu menyesakkan dada yang mengakibatkan bulir-bulir air mata mengalir membasahi pipi. Ada ketakutan yang amat sangat dengan amal-amal yang diri ini lakukan apakah akan di terima oleh-Nya ataukan malah di campakkan ke wajah diri ini. Tak kuasa wajah dan tangan ini untuk meminta kepada-Nya karena diri ini sangat menyadari kekurangan dan kemaksiatan yang diri ini lakukan.
Di penghujung romadhon ini, hanya bisikan hati yang merintih pilu memohon kepada Dzat Yang Maha Agung agar Dia tidak melemparkan seluruh amalan kepada wajah diri ini.
Di penghujung romadhon ini, hanya pengharapan yang amat sangat kepada Dzat Yang Maha Agung, agar berkenan menerima seluruh amalan walau diri ini mengakui bahwa amalan ini belum sempurna.
Di penghujung romadhon ini, ku gantungkan seluruh pengharapan kepada Dzat Yang Maha Agung karena Dialah Yang Maha Tahu tentang apa yang terbaik untuk diri ini.
Di penghujung romadhon ini, diri ini memohon agar bisa menerima seluruh ketentuan dari Allah Robbul Izzati agar hati ini selalu lapang dan tidak ada kegundahan yang senantiasa melanda jiwa ini.
Akhirnya kupasrahkan seluruhnya kepada Allah karena Dialah Robb Semesta Alam yang mengatur hidup ini.

Kamis, 11 Agustus 2011

BELAJAR MEMAHAMI

Hari ini benar-benar entah mengapa tidak ada ide yang mengalir dari benak kepala ini. Entah mengapa begitu sulit untuk merangkai kata atau kalimat yang bisa dituangkan dalam sebuah tulisan. Aku mencoba merenungi mengapa ini terjadi pada saat ibadah shoum romadhon, dimana kondisi hati lagi dekat dengan Sang Pencipta. Kondisi dimana hati mengalami tingkat kepekaan yang tinggi. Entah mengapa selama 10 hari telah berlalu, aku begitu sulit untuk menulis.
Beberapa waktu yang lalu aku membaca tulisan Mas Andrea Hirata dalam sebuah kolom Romadhoan di sebuah harian, beliau mengatakan betapa dahsyatnya kekuatan romadhon yang membuat beliau begitu produktif dalam menulis bahkan ide - ide pun mengalir dengan derasnya. Tapi mengapa pada diriku semacam ada penghalang yang membuat aku untuk menulis sebuah tulisan.
Kadang dalam diri ini muncul rasa iri ketika melihat karya-karya orang lain dalam membuat tulisan-tulisan yang berkarya dan bermutu yang bisa merubah masyarakat. Bagaimana mereka begitu mudah dan produktif dalam berkarya. Bahkan mereka sangat luar biasa kreatif dalam membuat sebuah blog yang akhirnya menarik orang lain untuk melihat karya mereka. Apa memang ada yang salah pada diri ini sehingga ide-ide yang ada sulit untuk dituangkan dalam sebuah karya.
Sampai saat ini pun aku berusaha untuk belajar memahami mengapa aku menulis dan untuk apa aku menulis. Karya apa yang hendak aku buat. Aku berusaha memahami itu semua sebagaimana aku pun belajar memahami arti kehidupan ini.
Pada akhirnya aku pun memutuskan bahwa apa yang aku tulis adalah peristiwa-peristiwa yang aku alami sendiri, ibaratnya biar hati yang menulis sehingga dia akan mengalir apa adanya seperti aliran air yang terus bergerak mencari muaranya. Mungkin ini adalah proses pembelajaran buat aku. Menempa kepekaan hati, menempa rasa empati, mencurahkan apa yang dirasakan walau bisa jadi ini sangat subyektif karena memang ini semua dari pengalaman sendiri. Aku hanya berharap bahwa tulisan ini sebagai sarana kontemplasi diri agar diri ini semakin lebih baik dalam menghadapi kehidupan. Semoga apa yang aku buat bukan sebuah kemaksiatan yang berakibat pada kehinaan di hari akhir. Semoga tulisan-tulisan yang ada bisa membuat perubahan pada diri sendiri maupun pada orang lain.

Rabu, 03 Agustus 2011

SHOUM ROMADHON

Alhamdulillah tidak terasa sudah hari ketiga memasuki bulan suci romadhon tahun ini.
Subhanallahu, Allah masih memberi kesempatan untuk kembali mencoba belajar memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri ini melalui tarbiyah romadhon.
Mungkin sudah berapa kali kita menjalani ibadah shoum ini sejak kita kecil. Tentu banyak kenangan yang kita dapatkan, baik kenangan dalam suasana maupun kenangan spiritual yang kita peroleh selama ini.
Wallahu a'lam...saya tidak pernah tahu apakah romadhon-romadhon sebelum ini diterima oleh Allah..? Mengingat betapa banyak dosa dan kekhilafan yang pernah diperbuat. Tetapi Allah sungguh sangat sayang kepada para hamba-Nya. Dia tak bosan-bosannya memberi kesempatan untuk kembali hadirkan romadhon pada setiap hamba, yang terpenting apakah saya termasuk orang yang bisa mengoptimalkan romadhon ataukah sebaliknya, sekian romadhon telah berlalu akan tetapi kualitas diri kita tidak bertambah menjadi semakin lebih sholih maupun bertaqwa kepada-Nya.
Betapa banyak materi yang didapat, betapa banyak taujih yang didengar, betapa banyak tulisan yang dibaca, apakah itu semua bisa meningkatkan gairah kita untuk betul-betul mengoptimalkan hari-hari selama bulan romadhon.
Kadang muncul keraguan dalam diri ini, apakah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa..? Mengingat betapa banyak akhlak-akhlak yang menjadi parameter ketaqwaan belum terdapat pada diri ini. Terbersit kekhawatiran dalam diri apakah shoum romadhon yang diri ini jalani hanya sebagai sebuah tradisi ataukah karena panggilan keimanan..? Pertanyaan yang senantiasa menggelayuti pikiran sadarku. Ada sebersit ketakutan yang teramat sangat, jika shoum yang selama ini sudah dijalani ternyata tidak diterima oleh Allah azza wa jalla. Sungguh malu diri ini ketika menghadap kepada-Mu kelak. Diri ini menyangka telah berpuasa dengan kualitas yang terbaik, ternyata dimata-Mu hanya seperti buih dilautan yang tiada artinya. Mencoba dan terus mencoba belajar menikmati perintah - perintah Allah sebagai sebuah rasa kesyukuran karena telah menjadikan diri ini bagian dari golongan pengikut Muhammad Rasul junjungan. Sebuah proses yang teramat berat dan sulit. Akan tetapi ini semua harus dipaksa dan dihentakkan jiwa ini agar tidak terlena dengan kemalasan.
Memang benar ibadah shoum itu hanya untuk Allah, karena yang tahu hanya diri ini dan Sang Pencipta. Ini mengajarkan diri ini pada sebuah keyakinan apakah diri ini yakin dengan Sang Pencipta atau sebaliknya. Kalaupun yakin, sedalam apa keyakinan itu...Apakah benar-benar yakin sebagaimana Rasulullah dengan para sahabat yang agung, dalam suasana keterbatasan dalam menyebarkan islam, mereka sangat yakin bahwa Allah senantiasa menolong dan memberi ganjaran yang setimpal kepada para hamba-hamba-Nya. Yakin sebagaimana para sahabat, mereka berkorban apa saja untuk dakwah islam ini walau dari kacamata orang-orang kebanyakan itu hal sangat aneh tapi mereka melakukan itu semua karena keyakinan yang tinggi akan janji-janji Allah...
Sungguh diri ini belum ada apa-apanya dengan para pendahulu kami dalam berdakwah. Sungguh diri ini masih mengharapkan pamrih dalam berdakwah. Mengharapkan pujian, mengharapkan banyaknya pengikut, mengharapkan dunia yang ini semua tidak sebanding dengan syurga yang Engkau janjikan.
Ya Allah ampuni kesalahan hamba-Mu yang lemah ini...karena kebodohan diri ini, hamba masih mengharapkan hal lain selain keridhoan-Mu..
Ya Allah maafkan kesalahan hamba- Mu yang penuh dengan kekhilafan dan kealpaan sehingga mengakibatkan betapa banyak manusia yang belum tersentuh dengan dakwah islam ini..
Ya Allah berikan kepada kami kesabaran dan keistiqomahan dalam memegang panji dakwah ini..
jadikan kami golongan orang-orang yang menepati janji apa yang kami janjikan kepada-Mu..
Ya Allah jadikan shoum romadhon kami tahun ini lebih baik dan berkah buat dakwah kami dibanding tahun-tahun sebelumnya...
Ya Allah...sampaikan kami kepada penghujung romadhon...

(Awal romadhon 1432 H)